Demikianlahinformasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]
Saatini masyarakat termasuk para guru sudah memasuki era digital, yaitu suatu era yang sudah melampaui era teknologi komputer. Menurut data yang diketahui, bahwa jumlah penjualan komputer saat ini sudah cenderung menurun dan terkalahkan oleh jumlah penjualan teknologi digital handphone.
Perkembanganteknologi ini, menjadi tantangan bagi guru. Tantangan tersebut antara lain yang pertama, berpikir kritis. Yaitu mampu menerima berbagai data dan informasi yang begitu cepat, mampu membimbing siswa memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan mengadirkan solusi dengan mendiskusikannya.
Gurudan Tantangan Pedagogi Digital pada Era Pandemi. Guru SDN Tebet Timur 07 Arbanur Orbita melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring saat kegiatan McClassroom di Jakarta, Selasa (23/11). McDonald's Indonesia mengadakan McClassroom pada tanggal 22-23 November 2021, yang diikuti oleh 300 guru terpilih se-Indonesia untuk mengajar kisah
Halini dilaksanakan secara luring karena kondisi di desa Idai yang belum adanya listrik serta sinyal yang sulit sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara daring. Selain itu juga kondisi jarak yang jauh dari pusat kota yaitu kurang lebih 10 jam menjadi tantangan tersendiri bagi Guru yang bertugas di SDN 29 Idai ini.
Apasaja tantangan guru di era digital? Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan siswa. Apa itu era digital?
Tantanganutama guru pada masa kini tidak lebih pada mengatasi dampak teknologi dan globalisasi yang sangat pesat. Dampak dari perkembangan teknologi tidak hanya berimbas pada ilmu pengetahuan saja, namun lebih jauh teknologi juga memengaruhi sosial budaya seseorang. Menjadi guru yang ideal di era digital seperti sekarang tentu tidak mudah
Myanmardan Tantangan Prinsip Non-Interference ASEAN. Rabu, 3 Agustus 2022. Filsafat Wajah dalam Relasi dengan Orang Lain. Selasa, 2 Agustus 2022 Peserta didik hari ini dapat diklasifikasikan sebagai generasi digital asli, yaitu mereka yang lahir dan berkembang di era digital sedangkan para guru mayoritas merupakan generasi digital imigran
2xGLWtg. Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni a guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. b guru sebagai fasilitator; peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan pelayanan kepada siswa untuk dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran. c guru sebagai pengelola; dalam proses pembelajaran, guru berperan untuk memegang kendali penuh atas iklim dalam suasana pembelajaran; d guru sebagai demonstrator; berperan sebagai demonstrator maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Guru itu sebagai sosok yang berperan untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik; e guru sebagai pembimbing; perannya sebagai seorang pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa untuk menjadi seperti yang diinginkannya; f guru sebagai motivator; proses pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki motivasi didalam dirinya; g guru sebagai elevator; guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama proses guru di era digital; guru sampai sekarang masih banyak memakai produk 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk kontemporer. Akibatnya, para murid berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaknyambungan di sana-sini. Kita tahu bahwa murid sekarang tidak lagi cocok dengan sistem pendidikan abad 20. Namun, praksis di lapangan para guru masih tidak memahami hal ini. Banyak guru kita yang lambat mengejar laju modernisasi pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah murid sudah mampu menerima informasi secara cepat dari berbagai sumber multimedia, sementara banyak guru acapkali memberikan informasi dengan lambat dan dari sumber-sumber terbatas. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... The rapid development of the education system in Indonesia has led to greater challenges in the 21st-century educators face. According to Latif 2020 teachers as professional educators must be able to adapt to changing times. Teachers are expected to be able to facilitate 21st-century skills; 1 learning and innovation skills which include critical thinking skills and problem-solving, communication, and collaboration, as well as creativity and innovation. ...Frisca AmediaRosnah ZakariaBambang SubaliEllianawati EllianawatiThis study aims to discover the characteristics of Animaker-based animated video, explore opportunities, measure feasibility and effectiveness, and analyze students’ responses to Animaker-based animated video and quiz team activities in improving the static fluid concept’s mastery. The method used in this research is R&D with the ADDIE development model. The result of this research shows that Animaker-based animated video and quiz team activities have the opportunity to improve the mastery of static fluid concepts. The characteristics of Animaker-based animated video media are shown in each part of the video, such as a teacher’s animation, process illustration, case study, practice questions, and simulation examples. The average validation score from three media experts is meaning the Animaker-based animated video is highly feasible. Animaker-based animated video media and team activities quizzes effectively improve the mastery of static fluid concepts. Student responses get a percentage of 82% in the very good category.... Di sisi lain, Indonesia banyak sekali yang harus dibenahi terkait dalam bidang pendidikan. Salah satu yang harus dibenahi yaitu cara mengajar guru, seringkali dijumpai cara mengajar didominasi oleh guru dan guru aktif sekali dalam menjadi subjek pembelajaran Latif, 2020. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. ...Mantiko Parbo Maulana Febrian SolikhinKrisna DewiTujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi kesetimbangan kimia di SMA N 3 Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK yang terdiri tiga siklus. Penelitian ini dilakukan di kelas XI MIPA 5. Instrumen yang digunakan adalah instrumen observasi, dan tes kognitif. Berdasarkan hasil pengamatan dari siklus I, siklus II, dan siklus III terjadinya kenaikan persentase aktivitas peserta didik dan ketuntasan peserta didik. Secara berturut-turut persentase aktivitas peserta didik adalah 32,37%, 55,25%, dan 84,76%. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik secara berturut-turut adalah 17%, 31,4% dan 82,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari persentase aktivitas dan ketuntasan hasil belajar sudah meningkat dan lebih dari 75%.Azhar KholifahPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia pada umumnya dan khususnya dalam pendidikan. Kondisi ini sering disebut dengan Era digital. Era digital diartikan dengan kondisi dimana segala sesuatunya digantungkan pada internet yang mendominasi secara masif mulai dari sektor ekonomi, kesenian, olahraga, pemerintahan, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Hadirnya era digital ini, merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan oleh pihak manapun, begitu halnya oleh pendidikan Islam sendiri. Pendidikan islam yang selama ini dianggap merupakan pendidikan yang ideal dengan sistem perpaduan keseimbangannya antara urusan dunia dan akhirat, pun butuh dan harus berupaya menghadirkan perangkat digital dalam sistem pendidikannya sebagai tujuan dan upaya dalam membentuk generasi yang berketrampilan, mampu menguasai ilmu praktis sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang, tentunya tanpa meninggalkan nilai-nilai keislamannya. Pendidikan Islam diharapkan mampu mengakomodir era digital untuk meneguhkan keeksitensiannya sekaligus menjadi cerminan pendidikan yang memiliki kualitas dan kuantitas dalam tatanan global. Situasi ini tentu memerlukan upaya-upaya strategis untuk mengkonfersi peluang guna menentukan strategi yang tepat dan sesuai mulai dari perencenaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, sampai pada evaluasi dan dengan keterlibatan komponen-komponen seperti tujuan, sumberdaya manusia, kurikulum, lingkungan, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi-strategi atau siasat apa saja atau bagaimana upaya yang dilakukan oleh pondok pesantren kaitannya dalam menghadapi sekaligus menjawab tantangan sosial digital, dengan mengambil tempat pada lembaga pendidikan pondok pesantren Al-Islam Joresan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk mengungkap atau mengetahui fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat, fenomena perkembangan zaman, dan khususnya untuk mengungkap strategi pendidikan pesantren dalam menjawab tantangan sosial di era digital. Kemudian dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan mulai dari literasi digital, kemudian program ekstrakurikuler, dilanjutkan dengan keorganisasian, upgrading guru dan amaliyatu tadris menunjukkan adanya interkoneksi atau kesinambungan sebagai upaya pondok pesantren dalam menghadapi era sosial digital. Kata Kunci Pendidikan, Pesantren, Era DigitalMarsuki MarsukiAndi SaifulInce Abdul MuhaeminIlham IlhamPembelajaran berbasis online menjadi tren baru seiring dengan merebaknya pandemic Covid-19. Kesenjangan digital mulai dari akses internet hingga penguasaan teknologi gagap teknologi menjadi permasalahan tersendiri dalam proses penerapan pembelajaran online. Olehnya itu, penting untuk dilakukan pelatihan pemanfaatan fasilitas google dalam proses pembelajaran. Mengingat google menawarkan beragam fitur yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang proses pembelajaran. Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan ini difokuskan kepada guru Penjas di Kota Jayapura dengan menerapkan metode Participatory Rural Appraisal PRA yang dibagi dalam 3 tiga tahapan; persiapan, pelaksanaan dan refleksi. Peningkatan keterampilan para peserta dalam menggunakan fitur google menjadi tujuan akhir dalam kegiatan pelatihan tersebut. Termasuk memberikan motivasi kepada peserta dalam meningkatkan kompetensi literasi digital. Dengan kompetensi literasi digital digital literacy yang dimiliki oleh guru akan berpangkal terhadap peningkatkan kualitas pembelajaran di tengah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK yang demikian has not been able to resolve any references for this publication.